Perempuan Indonesia Harus Mandiri, Berkarakter, dan Mampu Berkarya

HARI Ibu yang diperingati setiap 22 Desember menjadi momen untuk mengingat peran kaum ibu. Peringatan itu sendiri diangkat dari pergerakan kaum hawa Indonesia yang memperjuangkan perbaikan nasib kaum perempuan melalui penyelenggaraan Kongres Perempuan pada 22 Desember 1928.

Di era sekarang, kaum ibu bukan lagi perempuan yang tertindas dan tidak punya hak bersuara. Sebaliknya, perempuan mampu menegakkan kepala serta berdiri di atas kaki sendiri atau dalam arti tidak bergantung hidup pada orang lain. Pendiri Martha Tilaar Group, Martha Tilaar, mengatakan perempuan mesti mandiri, mempunyai karakter, dan mampu berkarya. Selain itu, perempuan juga harus berani tampil percaya diri sehingga dapat ikut berkontribusi terhadap pembangunan bangsa.

“Seorang ibu, harus mempunyai karakter, kemandirian sebagai kaum perempuan. Inilah persoalannya. Perlu kita tingkatkan untuk menjadikan perempuan mandiri, percaya diri, dan mampu berkarya,” ujar Martha saat ditemui Media Indonesia di ruang kerjanya di PT Martina Berto, Jakarta, Rabu (19/12).

Salah satu cara yang dilakukan untuk membantu para perempuan, terutama kaum ibu, Martha Tilaar Group merevitalisasi rumah masa kecil Martha Tilaar di daerah Gombong Jawa Tengah yang dinamakan Roemah Martha Tilaar (RMT). Rumah itu menjadi tempat pelatihan bagi perempuan-perempuan supaya bisa berkarya menghasilkan sesuatu yang bernilai.

Mulai usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM), kreasi membatik, sampai belajar menciptakan produk kuliner termasuk camilan khas Kebumen. RMT membantu menjual dan memasarkan hasil produksi karya perempuan dan ibu-ibu tersebut. “Tujuan kita ingin memberikan pelajaran, motivasi. Tidak hanya untuk ibunya, anak-anak juga diajarkan menari, bermusik, sehingga identitas sebagai bangsa Indonesia bagus dan tidak ketinggalan zaman,” tutur Martha.

Lebih dari 40 tahun mendirikan perusahaan kosmetik terbesar di Tanah Air itu, Martha Tilaar mengaku telah banyak pengalaman di dalam menghadapi berbaga persoalan. Mulai hal paling mendasar, yaitu mengenai kecintaan terhadap budaya bangsa Indonesia. “Mindset saya waktu itu apa yang menjadi budaya barat ‘is the best’, sedangkan produk negeri kita sendiri itu dipandang remeh. Itu yang salah dan mindset seperti itu yang harus kita ubah,” ungkapnya.

Menurut Martha, sebagai masyarakat yang hidup dalam sebuah bangsa yang besar dan kaya akan potensi sumber daya alam (SDA), ada banyak hal bisa dilakukan. Sebagai contoh, Martha Tilaar sukses karena fokus pada salah satu kekayaan alam yang digunakan untuk membuat jamu dan kosmetik. Berkaca dari hal tersebut, para perempuan Indonesia seyogianya dapat memahami serta mampu meyakinkan diri sendiri apabila sudah memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan yang cukup. Setelah itu, mampu menciptakan karya yang sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.“Tantangannya sekarang ini ada di job desk. Banyak perempuan di pedesaan yang kurang pengetahuan dan juga keterampilan.

Kami (Martha Tilaar Group) telah memberi beasiswa bagi banyak perempuan dari keluarga ekonomi lemah dengan mendididik mereka sebagai terapis kecantikan untuk salon dan spa. Hingga saat ini sudah ada 6.000 alumnus yang terlatih dan memiliki keahlian sehingga mereka bisa menjadi perempuan yang mampu berkarya dan mandiri, serta bisa membantu meningkatkan perekonomian keluarga. Pelatihan untuk para calon terapis tersebut dilakukan di Martha Tilaar Training Center yang berlokasi di Kampoeng Djamoe Organik,”cetus Martha.

Lebih lanjut, saat menjadi salah satu peserta The World Islamic Forum di Kazakhstan, beberapa waktu lalu, ia menemukan fakta bahwa jika perempuan dirumahkan artinya tidak melakukan apa pun dalam berkarya, sebuah negara tidak akan mampu bersaing. Sebaliknya, apabila dalam sebuah negara hampir seluruh perempuan diberdayakan, niscaya akan menjadi bangsa yang besar dan mampu bersaing.

Namun demikian, tegas Martha, sebagai seorang perempuan tentu tidak lepas dari tanggung jawab terhadap keluarga khususnya menjadi ibu. Karena itu, perempuan harus membagi waktu antara kesibukan berkarya dan berusaha mandiri dengan kewajiban di rumah. “Di sini pentingnya berbagi peran dengan suami. Mereka laki-laki juga harus memahami istri yang bekerja karena tidak ingin hanya terus bergantung,” ucapnya.

Demikian itu, antara laki-laki dan perempuan di dalam rumah tangga harus saling bekerja sama dan mendukung satu sama lain, termasuk mendidik dan juga memberikan pemahaman kepada anak tentang keinginan orangtua untuk membahagiakan anak. “Suami saya guru dan dia sangat mengerti dan mendukung setiap langkah yang saya ambil.

Beruntungnya, sekarang anak-anak juga sudah memahami bahwa ibunya bekerja untuk mereka,” pungkas Martha. Lebih lanjut, ia pun selalu mengajarkan kepada empat anaknya untuk terus berkarya dan mencapai prestasi agar tidak menggantungkan hidup pada orang lain. Terbukti, sejak lulus pendidikan dari luar negeri, buah hati pasangan Alex Tilaar dan Martha Tilaar terus berkarya mengembangkan perusahaan keluarga besar, yakni Martha Tilaar Group.

Lahir dan besar di tengah keluarga petani jagung, tidak lantas membuat Putri Ayu Martha Tilaar patah semangat. Gadis 20 tahun yang kini menimba ilmu di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), itu berhasil menuai prestasi membanggakan. Ia menjuarai Lomba Masak Ikan Nusantara (LMIN) 2018 yang diselenggarakan di Bandar Djakarta, Ancol, 14 Agustus.

Namanya mencuat ketika disebut (di-posting) dalam akun media sosial Presiden Joko Widodo yang notabene orang nomor satu di Indonesia. Berkat keunikan namanya yang mirip-mirip nama pendiri perusahaan kosmetika ternama di Tanah Air, Martha Tilaar, ia pun semakin dikenal. Sang empunya nama besar Martha Tilaar yang mengetahui keberadaan Putri pun langsung mengundangnya datang ke Jakarta.

Hingga belum lama, Putri hadir bersama sang ibu sebagai tamu kehormatan keluarga besar Martina Berto. Selama di Ibu Kota, Putri yang datang bersama ibunya diajak berkunjung ke kantor PT Martina Berto Tbk dan Museum Martha Tilaar Group. Ia pun sempat makan siang bersama Martha Tilaar, perawatan Dewi Sri Spa di Martha Tilaar Salon Day Spa, serta berbelanja di Martha Tilaar Shop.“Semua berkat doa ibu saya. Saya berharap semoga saya bisa sukses dan berprestasi seperti Ibu Martha,” kata gadis yang mengaku sangat menyukai segala hal berbau rempah-rempah sejak kecil.

Pengalaman itu ibarat satu mimpi yang terwujud bagi dirinya yang kerap diejek karena memiliki nama yang dianggap aneh seperti nama kosmetik. Meski nama tersebut diberikan ibunda Putri, Siti Arini, karena ia begitu mengidolakan sosok Martha Tilaar.Menurut Arini, Martha Tilaar bukan sekadar idola semenjak masih menjadi perias pengantin di daerah. Lebih dari itu, sosoknya sangat menginspirasi.

Dengan menyematkan nama idola di belakang nama anaknya, ia berharap akan mampu membawa keberkatan. “Saya berpikir (kasih nama itu) supaya Putri nanti hidupnya berkah. Ya, makanya saya kasih nama Martha Tilaar, dulu kan iklannya ngetop banget, Sariayu Martha Tilaar,” ujar Arini, ibunda Putri Ayu.

Ditemui terpisah, Martha Tilaar mengaku kaget saat pertama kali mengetahui ada anak muda berprestasi yang mempunyai nama belakang sama dengannya, yaitu Putri Ayu Martha Tilaar. Kendati demikian, ia tidak mempersoalkan hal itu justru sebaliknya sangat mendukung prestasi Putri. “Saya sampai heran. Katanya, Pak Presiden manggil dia karena dikira anak saya. Saya panggil dia, lalu saya ajak jalan-jalan. Saya senang karena dia tertarik di bidang kuliner dan serius mengeksplore bidang itu,” ucapnya dan berpesan kepada Putri agar senantiasa mempertahankan semangat untuk terus berprestasi.  (S1-25/X-11)

Sumber: https://m.mediaindonesia.com/humaniora/206280/perempuan-indonesia-harus-mandiri-berkarakter-dan-mampu-berkarya

Oleh: Puput Mutiara

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *