Orang yang produktif fokus pada proses, sedangkan workaholic hanya mementingkan hasil
Seseorang yang produktif bisa menilai proses kerjanya sebagai bahan evaluasi. Mereka mampu mengembangkan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan workaholic mengutamakan hasil dan keuntungan yang didapat dari pekerjaanya, mereka akan merasa cepat puas. Pada dasarnya kedua tipe ini sama-sama menghabiskan waktu untuk bekerja.
Pekerja produktif mempunyai sifat optimistis, sedangkan workaholic ambisius
Seseorang yang produktif memahami kemampuan dirinya dan dia bisa berpikir realistis pada tujuannya. Seorang yang produktif akan menerima tugas tambahan jika memang tugas tersebut berkaitan dengan dengan posisinya yang dapat meningkatkan kemampuan sehingga dapat berguna untuk karier kedepannya. Workaholic hanya memikirkan pencapaian tanpa memperhitungkan resiko kegagalan.
Seorang yang produktif bekerja tim, seorang workaholic merasa bisa melakukan apapun sendiri
Dalam dunia kerja, seseorang yang produktif masih membutuhkan bantuan dan bersedia membantu rekan kerjanya untuk memenuhi harapan dan tujuannya. Namun hal ini berbeda dengan seorang workaholic, mereka menganggap dirinya mampu melakukan semua pekerjaan sendiri tanpa meminta bantuan. Selain itu seorang workaholic cenderung menganggap rekan kerjanya sebagai rival dan merasa hasil kerjanya adalah yang terbaik.
Seorang yang produktif bisa menilai diri sendiri, sedangkan seorang workaholic membutuhkan penilaian orang lain
Seorang yang bekerja cerdas mampu menilai dirinya sendiri, mereka tau kekurangan yang harus diperbaiki. Setiap karyanya dihasilkan dari hati tanpa ada kekangan dan paksaan. Sedangkan seorang workaholic sangat mengandalkan penilaian dan feedback dari orang lain. Mereka harus menunggu evaluasi sebelum memperbaiki diri, dan cenderung haus akan pujian.
Menjadi seorang workaholic bukan hal yang sepenuhnya negatif, kita bisa menjadi pribadi yang selalu memaksimalkan diri dan explore kemampuan tanpa kenal batasan. Namun ada baiknya kita juga memikirkan kesehatan, dan lingkungan sosial. Dilansir dari Science Daily, seseorang yang workaholic merasa bahwa “mereka merasa terpaksa untuk bekerja”, hal ini disebabkan oleh paksaan dari dalam diri sendiri untuk terus bekerja, meskipun tidak ada yang harus dikerjakan. Karena ketagihan dan dorongan untuk terus bekerja , mereka akhirnya tidak meluangkan waktu untuk diri sendiri, bahkan untuk bersosialisasi.
Sumber: Glinst.com, Topkarir.com