Blue Ocean, Red Ocean, atau Kolam?

Strategi Lautan Biru (blue ocean strategy) belakangan ini amat populer. Strategi ini banyak dikutip dan dianjurkan para konsultan bisnis ketika membahas soal diferensiasi usaha.

Biasanya trik yang digunakan banyak perusahaan untuk menciptakan lautan biru mereka adalah dengan mendefenisi ulang bisnis mereka. Yakni mengubahnya menjadi satu kategori baru yang berbeda dari sebelumnya, dengan demikian, produk/jasa anda menjadi nomor satu dalam kategori baru tersebut. Namun yang tidak disadari, bila anda menempatkan bisnis anda seperti itu, bisa jadi bisnis tersebut hanya akan berada di sebuah kolam, bukan dalam lautan yang potensial.

Di sinilah terlihat kelemahan atau kerugiannya bila anda bermain dalam kolam yang hanya satu kategori, alias tidak punya kompetitor. Pada kenyataannya sebelum memutuskan membeli, konsumen selalu membuat perbandingan antara produk/jasa yang satu dengan produk/jasa sejenis yang lain.

Perlu diingat, tujuan utama dari marketing adalah bagaimana supaya produk/jasa kita bisa menjadi pilihan banyak orang. Bukan dengan cara mendefinisikan ulang produk/jasa kita sedemikian rupa sehingga malah tidak memiliki kompetitor tapi nyaris tanpa pembeli atau konsumennya amat sedikit.

Apa yang seharusnya kita lakukan?

Mau tak mau, suka tak suka, kita harus bertempur habis-habisan dalam Lautan Merah (red ocean). Di tempat inilah diperlukan action yang sesungguhnya.

Anda harus mampu meyakinkan konsumen bahwa produk/jasa anda berbeda dan punya kelebihan dibandingkan kompetitor sehingga konsumen memiliki pilihan yang jelas. Bukan asal tampil beda tanpa dasar jelas.

Sebagai ilustrasi, mari kita menilik ke belakang jejak kehadiran margarine. Awalnya, ketika margarine diluncurkan di pasaran diharapkan mampu menciptakan Lautan Biru. Dalam 1 kampanye promonya dikatakan produk ini harganya lebih murah dan lebih sehat dibandingkan mentega.

Namun apa yang terjadi? Masyarakat konsumen justru bingung. Tampang margarine tidak seperti mentega. Setahu masyarakat margarine berwarna putih, sedangkan mentega berwarna kuning. Jadi  kedua produk tersebut tak bisa diperbandingkan.

Alhasil, penjualan margarine gagal. Menyadari kesalahannya, akhirnya produk margarine dimodifikasi. Warnanya dibuat jadi kuning hampir menyamai mentega. Tak terlalu banyak perbedaan antara margarine dan mentega. Kiat ini terbukti berhasil.

Beda dan Unik dan harus punya kelebihan!

Jangan membuat diferensiasi sekedar hanya untuk tampil beda.

Jangan membuat diferensiasi sekedar hanya untuk mencari perhatian.

Buatlah perbedaan yang menguntungkan konsumen, atau buatlah keunikan untuk memberi nilai tambah bagi konsumen.

Lakukanlah diferensiasi secara konsisten, jangan “molah-malih.”

Siap bertanya tentang keunikan usaha atau produk anda dengan “So What Gitu Lho?” Atau “Who Cares?”

 

Sumber: Naskah Lengkap Jalan Jitu WPC

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *