Bisnis fashion dengan teknik digital printing ini yang berawal dari hobi menggambar, kemudian dituangkan menjadi sebuah bisnis yang juga membawa misi untuk melestarikan budaya Jawa dengan cara modern dan kekinian. Bisnis tersebut sudah berjalan kurang lebih 3 tahun dan pencapaian omzet untuk perbulannya kisaran 35 juta.
Penasaran dengan pemilik dari bisnis tersebut? Beliau adalah Yuliana Aqni yang merupakan alumni IWPC Batch 9 Semarang sekaligus pemilik bisnis fashion yang mempunyai Brand MARKONAH. Dengan Brand ‘MARKONAH’ akhirnya beliau lebih sering dipanggil sebagai “Mbak Markonah” dari pada nama aslinya.
Keunggulan dari ‘MARKONAH’ yaitu Motif baju orisinil gambaran tangan sendiri yang tidak ada kembarannya, karakter Markonah yang sudah memiliki Hak Cipta, mengusung literasi budaya Jawa dalam setiap koleksinya sebagai komitmen untuk kembali memperkenalkan budaya Indonesia melalui fashion kepada generasi milenial dengan cara modern dan kekinian.
Dan mengapa customer harus menggunakan produk ini? Karena Markonah bukan hanya sebuah produk fashion tetapi symbol dari perempuan Indonesia modern yang mandiri, kuat dan cerdas namun tetap berakar pada budaya Indonesia.
Disini MARKONAH mengajak generasi milenial untuk kembali mencintai budaya Indonesia dan meningkatkan rasa nasionalisme. MARKONAH juga sudah pernah menjadi Top 10 Modest Fashion Founder Fund 2021 yang diselenggarakan oleh Kemenparekraf Jakarta Pusat.
“Melihat perkembangan dunia teknologi dan informasi saat ini, dimana budaya luar mulai menggerus budaya bangsa sendiri yang membuat generasi milenial kehilangan jati diri sebagai pemuda Indonesia, membuat saya ingin mengangkat budaya Indonesia terutama budaya Jawa melalui fashion yang modern dan kekinian sehingga generasi milenial memiliki rasa cinta dan bangga pada budayanya sendiri serta menumbuhkan kembali rasa nasionalisme mereka.” tutur Mbak Markonah.
Cara pemasaran produk fashion ini yaitu dengan menguatkan value melalui Telling Story Brand. Dan cara meminimalisir resiko komplain dari cusomer yaitu dengan komunikasi yang baik dengan customer, menjelaskan spesifikasi produk serta system pembelian dari awal hingga akhir, termasuk after sales service yang dimiliki sehingga customer memahami dengan baik apa saja hak dan kewajiban mereka.
Prospek ke depan bisnis ini sangat bagus, mengingat bisnis fashion terus berkembang dari tahun ke tahun. Bahkan di masa pandemi covid-19 ini, bisa dibilang bisnis fashion masih bisa berjalan dengan baik. Apalagi untuk fashion yang membawa ciri khas budaya bangsa.
Walaupun ada beberapa kendala yang beliau hadapi seperti; Bahan baku yang mahal membutuhkan banyak modal dan harga baju yang tinggi, penjualan online melalui sosmed yang kebijakannya terus berubah-ubah setiap saat, networking.
Namun beliau pantang menyerah karena beliau mempunyai prinsip, “Pantang menyerah, mau untuk terus belajar dan mengembangkan diri, rasa cinta pada negeri, berani bermimpi besar.”
Awal mula beliau mengenal Womanpreneur Community melalui teman. Dan adakah manfaat beliau mengikuti program IWPC tersebut?
“Ada, karena saya bukan berlatar belakang Pendidikan bisnis, jadi saya tidak tahu bagaimana menjalankan bisnis dengan baik dan benar. Banyak kesalahan kesalahan yang dilakukan dan tidak diketahui sebelum mengikuti IWPC. Dengan masuk program IWPC saya jadi tahu bagaimana menjalankan bisnis dengan baik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan yang sebelumnya sering saya lakukan. IWPC juga mendorong perempuan Indonesia untuk menjadi perempuan yang cerdas, mandiri dan kuat.”
“Program IWPC juga sangat bagus untuk perempuan Indonesia yang ingin menjadi perempuan yang mandiri dan kuat, terutama untuk mereka yang memiliki bisnis dan ingin bisnisnya berkembang pesat. Banyak ilmu yang didapat dan mulai mengetahui passion apa yang saya miliki dan kemana saya harus mengembangkan passion ini untuk bisa menjadi bisnis, karena tidak ada yang lebih menyenangkan selain bekerja sambil menyalurkan hobi.”
Sumber: YULIANA AQNI
Social Media : markonahindonesia / markonahlite