Shelly selaku pemilik usaha di bidang kuliner yaitu SALAKU® yang menggeluti bisnis ini kurang lebih selama 4 tahun dengan pencapaian omzet kira-kira 200-300 juta/tahun. Alasan beliau mendirikan usaha ini adalah ingin mempunyai produk olahan yang khas dan dapat dijadikan pilihan oleh-oleh khas Bekasi.
Pada tahun 2016 mulai dengan mengolah salak dibuat menjadi Dodol, Brownies, Selai, Asinan, dll. Pada saat itu usaha yang beliau jalankan belum mempunyai merek dan kemana arah tujuan penjualannya, namun seiring berjalannya waktu serta mendapat pendampingan dari IWPC usaha ini pun semakin berkembang serta dapat menciptakan value dalam memulai usahanya.
Motivasi bu Shelly untuk membuka usaha ini adalah memiliki nilai jual & pasar yang potensial serta membutuhkan Inovasi dan kreatifitas dalam mengolahnya. Untuk prospek kedepannya pun sangat berpotensi masuk pasar ekspor (untuk produk teh & kopinya).
Tahun 2018 SALAKU® menjadi juara kategori kuliner di acara The Big Start Indonesia sebagai Top Creativepreneur se-Indonesia versi Blibli.Com. “Sejak itu kami membangun outlet pertama dan mengangkat pasar oleh-oleh khas Bekasi dengan menerapkan sistem zero waste dan tagline yang kami angkat “cara enak makan salak.” tutur Shelly.
Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, tentunya persaingan di pasar online pun semakin ketat. Begitupun dengan usaha yang bu Shelly jalankan, strategi yang beliau gunakan untuk menghadapi persaingan yang begitu ketat dalam memasarkan produknya adalah dengan; membangun reseller, memberikan promo-promo spesial sehingga dapat menarik konsumen untuk membeli produk tersebut, masuk ke pasar online (Tokopedia/Blibli/Bukalapak/dll), masuk pasar retail dan optimasi media sosial.
Dengan begitu maka akan lebih memudahkan calon konsumen maupun customer untuk membeli produk yang bu Shelly buat. Hal yang harus kita pahami adalah bahwa di sini peran “customer” itu sangat penting, dan menurut bu Shelly alasan kenapa customer itu menggunakan atau membeli produknya karena variannya lengkap, rasanya yang enak dan khas ada salaknya serta bisa dijadikan untuk oleh-oleh untuk keluarga, saudara, atau bahkan teman.
Nah dengan adanya “customer” ini maka bu Shelly tentunya akan memberikan pelayanan yang terbaik mulai dari rasa, kemasan, kualitas, packaging, dan olahannya serta akan memberikan peluang usaha (reseller) untuk konsumennya.
Dalam transaksi penjualan dan pembelian tak terlepas dari yang namanya “Complain” dan cara yang dilakukan bu Shelly dalam meminimalisir resiko complain dari para customer adalah Produk dibuat sesuai SOP dan tetap menjaga kualitas produksi, Kecepatan dalam merespon customer baik saat bertanya, order, mapaun complain, dan Kecepatan dalam menjawab complain.
Walaupun ada beberapa kendala yang Bu Shelly hadapi saat menjalankan bisnis seperti akses pasar, daya tahan produk yang pendek, bahan baku yang mudah membusuk, sosialisasi, dan edukasi pasar namun beliau tetap tidak pantang menyerah dalam menjalankan usahanya. Selain itu beliau juga mempunyai prinsip dalam pengembangan karakter yaitu memiliki karakter yang positif dalam mindset, problem solver dan pembelajaran.
Ternyata SALAKU® ini punya keunggulan lho, seperti bahan baku utama buah lokal khas Indonesia yaitu buah salak, varian olahan salak terlengkap se-Indonesia, dibuat secara homedame, kemasan yang menarik, sudah memiliki ijin edar PIRT dan Halal MUI, dan Sudah memiliki ijin usaha NIB-IUMK-SIUP. Selain dari keunggulan dari SALAKU® ada juga prestasi-prestasi yang diraih yaitu:
1.Top 25 BDE 2.0
2.Top 50 UnWomen
3.Brand Lokal Terpilih Jakarta Brand Festival
4.Juara The Big Start Indonesia Blibli.Com
5.Finalis Deureuham
6.Finalis Umkm Jawara Bank BJB
7.Finalis Alfamidi Womenpreneur Award
Pengalaman yang beliau alami pada awal membuka usaha ini adalah, “Di awal mengolah salak, saya sering terluka saat mengupas kulitnya. Sempat pula rugi besar karena belum tau cara menyimpan salak dengan baik dan akhirnya salak sekarung busuk semua. Sangat exciting karena bisa mengeksplorasi si salak jadi olahan baru yang enak dan khas racikan mak salak.” tuturnya.
“Awal mulai mengenal Womanpreneur Community adalah pada Tahun 2016 saat mulai mengolah salak dan belum punya tujuan yang jelas mau dibawa kemana usaha olahan salaknya, saya belajar ilmu kewirausahaan melalui IWPC saat itu batch 6 dan diselenggarakan di Cirebon. Kebayang kan belajar offline jarak Bekasi-Cirebon demi mendapatkan pencerahan dan ilmu-ilmu kewirausahaan. Itu juga jadi pengalaman yang sangat berharga, berkesan dan sangat bermanfaat karena materi-materinya nya dapat saya pakai pada saat memulai usaha. Di IWPC saya mendapatkan gemblengan mental untuk siap jadi pengusaha yg siap untung siap rugi, siap menjawab pasar dan siap menjadi besar.”
Instagram : @salakuolahansalak
SALAM SUKSES SELALU
Sumber: Shelly