Siap Gak Siap, Setiap Perempuan Harus Siap Jadi “Sekoci Keluarga”

Entah sejak beberapa puluh tahun lalu, tepatnya sejak masih kanak-kanak saya berprinsip bahwa sosok perempuan wajib mandiri ekonomi. Mungkin prinsip yang begitu melekat dalam alam bawah sadar saya karena sejak kecil saya melihat sosok Mama yang sangat luar biasa dalam berbisnis ala emak-emak. Segala hal bisa beliau lakukan. Masa kecil saya hidup di antara deru mesin jahit dari para penjahitnya. Mama yang pada saat saya masih SD  jumlah penjahitnya sudah lumayan banyak. Kami tinggal di area pasar di wilayah Sawah Besar. Rumah tempat kami tinggal saat saya kecil boleh dibilang rumah usaha, ya sebagai rumah tinggal, sebagai rumah produksi usaha konveksi yang dibangun Mama , ya toko juga. Punya kemampuan menjahit dan mampu menjadikannya sebagai bisnis konveksi. Bisa masak jadilah rumah makan, jadi juga catering. Darah pedagang yang mengalir di diri saya.

Perjalanan kehidupan yang tidak mudah pernah saya alami, terjatuh tertatih dalam menapaki kehidupan, berbagai kehilangan, bangkrut dalam bisnis hingga harus menjual rumah tempat kami tinggal dan tinggal di rumah kontrakan. Alhamdulilah pernah saya lawati, hingga kehilangan putra bungsunya yang menjadi korban tabrak lari beberapa tahun lalu.

Bagi saya, Wanita adalah sekoci bagi kapal induk keluarga, sebagai sekoci tentulah setiap wanita siapapun dia harus dapat memastikan dirinya bahwa sebagai sekoci dia siap pakai saat kapal induk keluarga bermasalah, agar dapat menyelamatkan keluarga

Namun jika kita melihat kenyataan yang ada di masyarakat pada umumnya, masih begitu banyak kaum wanita yang seharusnya mampu menjadi penopang ekonomi keluarga, namun kenyataannya hal tersebut masih jauh dari kenyataan.

“Partisipasi perempuan dalam pertumbuhan ekonomi sangatlah penting, tidak hanya untuk menurunkan tingkat kemiskinan di kalangan perempuan, tetapi juga sebagai langkah penting menuju peningkatan pendapatan rumah tangga dan mendorong pembangunan ekonomi negara secara keseluruhan.

Saya menganalogikan perempuan dewasa itu adalah sekoci keluarga, sedangkan suami  tentunya sebagai kapal induk keluarga.

Kenapa perempuan wajiib siap jadi sekoci? Eeeh kamu tahu kan sekoci itu apa? gunanya apa? Kalo belum tau..siniih saya kasih tau…. sekoci itu kapal penyelamat  yang wajib ada di setiap kapal besar. Sekoci selalu disiapkan sebagai kapal penyelamat apabila kapal utama mengalami permasalahan. Di saat kapal utama mengalami masalah, tentu saja penumpang harus selamat, maka sekocilah yang dipergunakan untuk menyelamatkan para penumpang agar tidak ikut tenggelam ke dasar laut. Sebagai kapal penyelamat tentunya kondisi sekoci harus selalu siap pakai.

Saat kapal induk dihantam gelombang besar, saat kapal induk menyerah dan tak mampu meneruskan perjalanan, di saat itu lah si koci jadi sang penyelamat. Memberi semangat kepada kapal induk untuk tetap berlayar, menampung beban si kapal induk sementara dia memperbaiki kerusakannya. Di sanalah begitu berartinya kita.

Nah, begitu juga dengan fungsi seorang istri, loh kok maksudnya?  hubungannya apa sama keluarga?

Ya iyalah yaa, memang kita pernah tahu dengan kehidupan kita 5 menit ke depan.

Coba deeh bayangkan dan rasakan yaa bila saat anda membaca tulisan saya ini beberapa situasi BISA JADI di bawah ini yang sedang  terjadi pada keluarga anda.

1. Bisa jadi  suami anda terkena PHK,

2. Bisa jadi Mendapatkan ujian, suami menderita sakit yang butuh pengobatan panjang

3. Bisa jadi   suami dipanggil pulang kerumah Allah terlebih dahulu

4. Bisa jadi juga suami pulang kerumah lain..wkwkkwkkkwk.. but its  reality kalee yeeee

Eeh iya.. walaupun situasi  ”4 bisa jadi” yang selalu saya sampaikan ini sering dikecam. Bahkan masih ada suami yang mengecam istri yang punya keinginan kemampuan  ekonomi, masih ada juga perempuan lebaaay yang murni segala-galanya tergantung dengan suami. Bahkan buat beli lipeen sendiri aja ogaah usaha sendiri. Sebagai istri apapun skala sosialnya apapun kondisinya, persiapkan diri sebagai sekoci tentunya sekoci yang siap pakai yaa.

Aaah, itu namanya ga percaya takdir lah bu, begitu beberapa kali saya mendapat komentar. Maksudnya? Kata saya…

Allah gak akan menelantarkan umatnya kan, rejeki udah diatur Allah…

Heloooooow….. sangaaat setuju emaaang rejeki udah diatur Allah… tapi juga Allah kagak akan nyodorin rejeki yang sudah dia atur nyampe langsung ke mulut kamu.

Jangan berandai-andai aah Bu Irma, ke depan mah Takdir, katanya..kok seperti nyumpahin gitu.

Okeeee .. kalo gitu saya ubah yaaa….

Kalau 1 dari “4 BISA JADI ” itu kejadiannya  kemaren atau beberapa hari lalu gimana?

Apa yang terjadi dengan keluarga anda hari ini?

Kenapa saya menyampaikan ini? bukan menakuti bukan juga mengajak anda berpikir negative, saya hanya ingin mengajak anda berpikir realistis dan siap menghadapi resiko apapun.

Perjalanan kehidupan mengajarkan saya banyak hal. Sejak anak saya TK saya berjuang sendiri menghidupi, membesarkan dan mendidik 2 anak saya, tidak mudah memang namun saya yakin dengan kemampuan dan potensi yang Tuhan titipkan pada diri saya, saya harus mempergunakannya dengan maksimal. Alhamdulilah, saat ini  anak saya yang besar beneran jadi besar dan dewasa, hahahahaha….

Walaupun Tuhan hanya mempercayai saya 1 anak, sedangkan putra bungsu saya kembali kepangkuan Allah terlebih dahulu di tahun 2008 Tapi Tuhan masih mempercayai otak yang DIA berikan saya pergunakan.

Sumber:

Buku Langkah Jitu Womanpreneur Community ( Irma Sustika )

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *