KurniaWP Batik: Dari Proses Pemulihan Menjadi Karya Bermakna

Dari Balikpapan, Kalimantan Timur, Ibu Dyah Setyowati Bagyoastuti membangun KurniaWP Batik bukan sekadar untuk berbisnis, tetapi sebagai bagian dari proses penyembuhan dirinya. Beliau adalah penyintas kanker payudara yang menjadikan batik sebagai media ekspresi sekaligus terapi dari masa-masa sulit.

“Batik adalah sarana healing dari ketakberdayaan,” ujarnya. Ibu Dyah mulai menggambar dan mendesain batik sebagai cara untuk mengisi waktu selama menjalani pengobatan yang panjang sejak tahun 2014. Aktivitas itu menjadi pelampiasan dari kebosanan sekaligus penyaluran energi kreatif. Seiring waktu, kecintaan itu tumbuh menjadi usaha yang kini dikenal dengan nama KurniaWP Batik, yang secara legal berdiri sejak 2019.

Usaha yang awalnya hadir sebagai ruang aktualisasi diri itu kini berkembang menjadi brand batik yang mengangkat kekayaan budaya Borneo melalui desain kekinian dan konsep sustainable fashion. Beliau mengusung proses produksi yang ramah lingkungan dan menyatukan semua elemen dalam satu siklus yang minim limbah—mulai dari kain, busana, hingga aksesori.

“Kami ingin kain batik tidak hanya cantik, tapi juga ramah lingkungan dan bermakna.” Motif-motif yang diangkat KurniaWP Batik tidak sekadar indah, tetapi juga penuh filosofi. Ibu Dyah menggali motif-motif tua dari budaya Kalimantan, lalu mengemasnya dengan warna elegan dan desain yang stylish. “Kami ingin memperkenalkan bahwa Borneo juga punya kekayaan budaya yang luar biasa,” katanya.

Dalam menjalankan bisnisnya, beliau tidak tinggal diam di balik layar. Ibu Dyah aktif memasarkan produknya secara online dan offline, membuka galeri pribadi, dan rutin mengikuti berbagai pameran, baik yang diselenggarakan instansi maupun secara mandiri. Pelayanan juga menjadi prioritasnya. “Kami menjaga komunikasi menyenangkan dengan konsumen dan selalu memberikan pelayanan terbaik, baik sebelum maupun sesudah pembelian,” jelasnya.

Di tengah gempuran batik printing massal, terutama dari luar negeri, serta persaingan harga yang tidak seimbang dengan produk dari Pulau Jawa, Ibu Dyah memilih untuk fokus pada kualitas dan keunikan. Beliau juga menciptakan berbagai produk turunan dari kain perca untuk meminimalisir limbah. Tak hanya itu, beliau menjajaki peluang ekspor dengan menyesuaikan selera pasar internasional.

Sepanjang perjalanannya, KurniaWP Batik telah mencetak berbagai prestasi, di antaranya:

  1. Juara 5 program Brincubator 2024 (kategori fashion)
  2. Masuk 50 besar UMK Academy Pertamina 2024
  3. Lolos program IKRA dan IN2MF 2024
  4. Finalis lomba desain Fesyar Kendari 2024

Namun bagi beliau, yang paling berkesan bukan soal penghargaan, melainkan pengalaman saat bisa berbagi ilmu dan terlibat dalam fashion show besar. “Itu pengalaman yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,” tuturnya.

Motivasi terbesarnya adalah keinginan untuk melestarikan batik dan mengenalkan budaya kepada generasi muda. Beliau juga percaya bahwa seorang pelaku usaha harus terus mengembangkan diri. “Pantang menyerah, belajar terus, dan punya hati yang terbuka terhadap perubahan zaman dan teknologi,” ucapnya penuh keyakinan.

Langkah penting lainnya dalam perjalanan bisnis Ibu Dyah adalah saat bergabung dengan Womanpreneur Community (WPC) dan mengikuti program IWPC. Berangkat dari kesadaran bahwa dirinya tidak memiliki latar belakang bisnis, beliau pun mencari ruang belajar yang tepat.

“Saya ikut IWPC karena ingin belajar. Di situ saya diajarkan banyak hal, termasuk menyusun BMC dan cara berpikir bisnis secara profesional. Ilmunya sangat terasa ketika mulai diterapkan,” ungkapnya. Meski sempat merasa para mentor IWPC “tegas”, Ibu Dyah justru menyadari bahwa dunia usaha yang sesungguhnya jauh lebih keras. “Ternyata di luar sana lebih galak. Tapi itu justru bikin kami kuat dan siap.”

Tentang platform Karyaperempuan.id, beliau memberi apresiasi besar. Menurutnya, ini adalah ruang yang penting untuk memperkenalkan karya perempuan ke masyarakat luas. “Wanita itu mampu berkarya dan berdaya menopang keluarga. Platform ini sangat bagus untuk menunjukkan hal itu.”

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *