Rosiena Retno Suryani adalah sosok perempuan inspiratif asal Kartasura, Sukoharjo, yang membangun Sanggar Handycraft Nisrina, sebuah usaha pendidikan keterampilan berbasis kerajinan tangan untuk anak-anak sekolah. Berawal dari hobi dan keterampilan autodidak, ia mulai merintis usaha ini sejak tahun 2008.
“Awalnya hanya dari hobi, saya mencoba membuka usaha dengan segala yang saya bisa. Setelah mengikuti IWPC tahun 2015, saya jadi lebih paham dunia bisnis dan mulai lebih terarah,” ungkapnya. Kini, meski aktivitasnya terbagi dengan tugas di koperasi dan beberapa organisasi, semangat untuk terus menjalankan sanggar tetap ia jaga.
Program keterampilan handycraft yang dijalankan Sanggar Nisrina bukan sekadar mengajarkan membuat produk kerajinan tangan, tetapi juga menumbuhkan kreativitas, kesabaran, dan rasa percaya diri anak-anak. Yang lebih istimewa, sanggar ini membawa misi kepedulian lingkungan—mengolah sampah menjadi karya yang bernilai guna. “Kami ingin anak-anak tidak hanya kreatif, tapi juga peduli pada lingkungan sejak dini,” ujarnya.
Dalam menjalankan usahanya, Bu Rosie menggunakan strategi pemasaran melalui media sosial dan menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk program ekstrakurikuler dan pelatihan, baik untuk siswa maupun para pendidik. Sanggar Nisrina siap menyesuaikan program sesuai kebutuhan konsumen; berupa tema, materi, jumlah peserta, lokasi, hingga anggaran. “Kami punya tutor berpengalaman dan SOP yang jelas. Setiap kegiatan kami evaluasi agar selalu membaik,” jelasnya.
Bagi Bu Rosie, kesuksesan tidak hanya diukur dari materi. “Bisa memberi manfaat bagi orang lain adalah prestasi tersendiri. Saya pernah berbagi ilmu di universitas, pondok pesantren, hingga panti asuhan. Itu pengalaman yang sangat berkesan,” tuturnya. Ia percaya bahwa untuk dihargai orang lain, cukup dengan menghargai diri sendiri—yakni dengan mengembangkan passion yang dimiliki, dan menggunakannya untuk kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak.
Tentu ada tantangan dalam menjalankan bisnis, terutama soal keterbatasan waktu. Namun ia yakin dengan manajemen waktu yang baik, kerja keras, berani mencoba, pantang menyerah, dan terus belajar adalah fondasi penting bagi kesuksesan pelaku UKM.
Bu Rosie mengenal Womanpreneur Community (WPC) lewat media sosial, kemudian mengikuti seminar di Solo, hingga akhirnya bergabung dalam program IWPC di Semarang. “IWPC sangat membuka cara pikir saya. Saya jadi lebih fokus, paham target pasar, dan tahu bagaimana bisnis bisa tetap berjalan meski tidak saya pegang langsung setiap hari,” jelasnya.
Menurutnya, WPC bukan sekadar komunitas, tapi ekosistem pembelajaran nyata yang menyatukan aspek bisnis, karakter, dan jaringan antar perempuan pelaku usaha. “Mentor-mentornya sangat kompeten dan ilmunya aplikatif. Saya berharap kegiatan pendampingan seperti ini bisa terus diperbanyak,” tutupnya.