Liputan Media : Irma Sustika, Penggerak Perempuan Jadi Entrepreneur

7096_5661_Irma_yuyung2Liputan Jawa Pos : Keputusan melepas karir ketika berada di puncak lalu memilih dunia entrepreneur diambil Irma Sustika dengan mantap. Tak sedikit orang sekitar yang kaget, bahkan memarahinya. Dia kukuhdengan keputusannya. Bahkan membentuk Womanpreneur Community (WPC) sejak 2010.

*****

PIKIRAN berpindah karir menjadi entrepreneur dan membangun dari nol sebuah bisnis terpendam di benak Irma sejak lama. Keinginan kuat itu berasal dari kekhawatiran seorang ibu terhadap anak-anaknya yang beranjak remaja. Perasaan takut tidak dapat mendampingi perkembangan anak pada masa ”penting” mulai mengganggu pikiran Irma saat itu.

Sampai akhirnya perempuan yang saat ini berusia 49 tahun itu mantap menapaki dunia entrepreneur sejak 2006. Berpindah dari satu bidang ke bidang lain yang berbeda 180 derajat tak bisa dibilang mudah. Awalnya, Irma bingung.

”Saya memang perempuan. Namun, saya ini tidak bisamemasak, make-up, bahkan jahit aja nggak bisa. Apalagi, saya seorang single parent. Nggak papa lah pendapatan menurun demi anak,” ungkap perempuan berambut pendek itu, mengenang keputusannya.

Bermodal ilmu manajemen yang dipelajari bertahun-tahun, Irma membuka jasa konsultan di bidang tersebut. Namanya ISF (Irma Sustika Foundation) Consulting. Irma membangun perusahaannya sendiri dengan kerja keras. Suatu ketika cobaan berat mengguncang perempuan yang dikenal pantang menyerah itu.

Pada 2008 anak bungsu Irma meninggal gara-gara kecelakaan. Irma terpukul dengan kejadian tersebut. Dia down. Semangat kerja, bahkan semangat hidupnya, lenyap. ”Kejadian itu membuat saya down, jatuh, sampai saya sempat marah kepada Tuhan. Aktivitas saya berhenti total saat itu,” kenang perempuan asli Jakarta tersebut.

Titik balik semangat Irma dimulai dari celetukan anak sulungnya. ”Waktu itu anak saya bilang, ’Ma, sekarang kita cumaberdua. Sampai kapan mamakayak gini terus? Saya masih butuh mama.’ Itulah tamparan keras buat saya untuk bangkit lagi,” ujar Irma.

Selain melanjutkan bisnis, Irma mulai berpikir untuk melakukan sesuatu hal yang berguna bagi orang lain. Terutama perempuan. Irma menekankan, perempuan adalah sosok yang kuat dan banyak hal yang mampu dilakukan, tidak sekadar menggosip atau ikut arisan.

Penghobi traveling itu memulai langkahnya dengan memanfaatkan media sosial Facebook (FB). Setiap hari dia mengunggah tulisan berisi semangat atau motivasi terhadap perempuan. Tanpa disangka, banyak peselancar media sosial yang tertarik terhadap setiap tulisan yang diunggah Irma.

Kemudian, pada 2010 Irma membentuk sebuah grup di FB yang semua anggotanya perempuan. Namanya Womanpreneur Community (WPC). Dia selalu berusaha mengubah mindset perempuan untuk melakukan sesuatu yang berguna dan menghasilkan. Sebab, mereka pasti butuh tambahan pendapatan. ”Karena itu, saya selalu memotivasi mereka untuk membuka usaha sendiri dan menjadi seorang entrepreneur,” tegas perempuan kelahiran 15 November 1965 itu.

Berawal dari sebuah grup di media sosial, muncul rasa ketagihan para anggota. Maksudnya ketagihan untuk mewujudkan pertemuan maya mereka dalam kegiatan secara nyata. Pertemuan pertama dihadiri empat orang. Bertambah sedikit demi sedikit hingga kini beranggota sekitar 2.000 perempuan dari berbagai wilayah Indonesia.

Kegiatan yang mereka lakukan juga terus berkembang. Antara lain, menyelenggarakan workshop tentang pengembangan dan pengolahan bisnis, mengadakan kelas fotografi, sharing, mengontrol kualitas produk, dan melakukan tinjauan bisnis.

Ibu dua anak itu selalu memantau detail perkembangan bisnis setiap anggotanya. Dia disiplin menggerakkan komunitas tersebut. Ada sanksi yang ditetapkan sejak awal kepada anggota komunitas. Misalnya, membermalas berbisnis atau berhenti di tengah jalan. Irma tak segan menegur keras, bahkan sampai memutuskan hubungan keanggotaan. Hal tersebut dia lakukan demi kebaikan setiap anggota WPC.

Irma sering keliling Indonesia dan bertemu dengan beraneka karakter perempuan. Dia menceritakan, tidak semua perempuan yang hidup di perkotaan melek teknologi. Di sisi lain, banyak perempuan pedesaan yang bersemangat belajar mengembangkan bisnis, namun kurang percaya diri.

Berkat usaha kerasnya tersebut, tak sedikit anggota WPC yang sukses. Produk mereka dikenal di masyarakat Indonesia, bahkan go international. Mereka yang sudah dikatakan sukses, imbuh Irma, wajib memberikan motivasi kepada anggota WPC lainnya. Tak puas dengan capaiannya, Irma masih menyimpan impian membangun sekolah pemberdayaan perempuan Indonesia. (bri/c11/nda)

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *