Pulang Saja Dan Jaga Anak, Katanya

Pulang Saja Dan Jaga Anak, Katanya. Ya, kalimat ini pernah kuterima. Saat itu,13 tahun yang lalu, perkataan ini dicetuskan oleh seseorang yang aku kenal pada saat aku sedang mencoba memulai usaha dan menjual lilin hias buatan sendiri.

Anak-anakku masih kecil, yang besar baru 3 tahun, yang kedua baru umur 1 tahun dan dalam gendongan kain. Tapi aku sadar, saat itu perekonomian keluarga tidak baik. Aku tidak bekerja karena harus menjaga anak dan tidak diizinkan bekerja. Satu-satunya jalan adalah mencoba membuat kerajinan dan menjual untuk mendapatkan penghasilan tambahan.

Setelah mendapatkan ide, dan membuat beberapa sampel, mulai deh mencoba menjualnya. Beberapa teman tertarik dan membeli. Alangkah senangnya hati. Terus kepikiran ide untuk menitipkan sampel di toko salah satu kenalanku di pasar dekat rumah Mama. Kupikir sampelnya bisa dipajang dan aku bisa

mengambil order dari pengunjung pasar, dan kenalanku bisa mendapatkan komisi.

Dan saat aku tunjukkan lilin hias buatanku, dia hanya tertawa keras terbahak-bahak. “Barang beginian kamu minta aku bantu jualin ? Haizz.. gak laku lah. Siapa juga yang mau beli ? Kamu itu, pulang ke rumah aja, jaga rumah jaga anak baik-baik sesuai kodratmu sebagai wanita, oke ?” celetuknya sambil tertawa geli. Aku terdiam. Sakit hati ? Tidak. Saat itu aku hanya menyimpan kembali barang sampelku tanpa bersuara dan berbalik sambil menggendong anak kedua dengan gendongan bayi. Aku belum mau menyerah walaupun menerima cibiran dan tertawaan dari dia.

Aku kembali mencari akal. 13 tahun lalu, teknologi internet masih tidak lazim. Semua berbasis offline. Aku mencoba lagi melalui iklan baris lokal. Pasang 5 hari berturut-turut, belum ada response. Menyerah ? Tidak. Coba lagi di minggu berikutnya. Mulai ada yang tanya-tanya. Dan terjaring satu pelanggan. Dan coba lagi, coba lagi. Sampai akhirnya satu pemilik toko Gift Shop di mall tenar saat itu membaca iklanku, dan ingin bertemu denganku. Kami ketemuan, dan dia menanyakan banyak hal mengenai kerajinan lilin.

Terakhir deal, dan aku dijadikan supplier utamanya. Awalnya diminta membuat sampel dan ready stock. Terus orderan customized mulai masuk. Setiap minggu bisa belasan pesanan. Dan memuncak saat Natal, Tahun Baru, Imlek dan Lebaran. Sampai aku harus lembur dari jam 6 pagi hingga 12 tengah malam.

Sang pemilik toko juga sering ke luar negeri untuk memasukkan stok ketokonya. Sering lilin yang dibawanya hancur, rusak karena bantingan dipesawat. Semua yang rusak dianter ke rumah untuk diperbaiki. Dan aku akan menyulapnya menjadi baru dengan ide lilinku sendiri.

Dan pelangganku bertambah lagi. Biasa aku sering melewati satu jalan, dan ada satu rumah toko yang aku tahu juga menjual souvenir pernikahan. Aku nekad nyelonong masuk ke sana. Saat itu hanya dijaga asistennya. Lalu dia memanggil nyonya bos turun dari atas. Aku menunjukkan sampel lilin. Dia minta dibuatkan sampel lilin yang dia mau. Segera aku pulang dan membuatnya, untuk ditunjukkan keesokan harinya.

Dan aku juga dijadikan supplier lilin untuk souvenir pernikahan. Dari dia juga masuk banyak orderan. Yang terbesar adalah seribuan buah gelas isi lilin dengan tulisan nama pengantin yang mesti siap dalam 2 minggu.

Jadilah saat itu adalah hari-hari sibukku mengurus kerajinan lilin hias. Sampai akhirnya aku senggang dan mengunjungi pasar itu lagi dan berpapasan dengan orang yang menertawakan aku.

 

“Bagaimana dengan lilinmu ?” Tanyanya dengan nada mengganggu dan tersenyum. Aku balas tersenyum dan berkata : “Iya saat ini aku sangat sibuk, orderanku membludak dan omsetnya tinggi. Sekali order bisa ratusan buah. Sangat prospektif dan aku berhasil kok.”

Dia terdiam. Dan aku tersenyum sambil melangkah pergi.

 

=======

 

Itu kejadian nyata yang aku alami 13 tahun lalu. Saat aku masih berjuang melawan kemiskinan dan kekerasan rumah tangga.

Saat ini aku tidak membuat lilin hias lagi karena telah hijrah. Tapi aku tetap aktif dan pantang menyerah pada keadaan, dan tetap mandiri.

 

Kiriman salah seorang member Wommanpreneur community di Malaysia, Thanks Mba Enny Tjokro owner KEDAIBERRY.com

Comments

comments

Share

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *